Kamis, 04 Juli 2013

Ternyata, Beginilah Patah Hati


Kau tak akan bisa memulai sesuatu yang baru dengan sempurna,
apabila kau belum menutup yang lama dan merelakannya.
Sebelum jatuh cinta padamu,
kupikir patah hati itu perihal yang mudah untuk dihadapi, dijalani, dan diperbaiki.
Namun, kurasa aku salah.
Ternyata tidak, patah hati tak pernah mudah.
Aku mencoba mengalihkan pikiranku darimu.
Kau, orang yang telah mematahkan hatiku.
Hidup seharusnya mampu berjalan seperti biasanya, kan?
Karena bukan ragamu yang patah.
Maka aku membaca buku.
Aku menulis puisi.
Aku menulis cerita.
Aku makan makanan yang paling kusuka.
Aku meluangkan waktu bersama teman-teman terdekat.
Aku menyanyikan lagu-lagu.
Aku tertawa.
Namun tawa yang terasa pura-pura.
Ternyata memang tak pernah semudah itu.
Sampai suatu hari aku mendengar seseorang berbicara dengan lantang sekali.
Katanya,
‘Obat sakit hati paling sejati adalah penerimaanmu terhadap rasa sakit itu sendiri dan kerelaan untuk mengikhlaskan apapun yang kau pikir telah hilang dari hidupmu.’
Maka aku memulai semuanya dari awal lagi.
Lalu kemudian, kudengar dia berkata lagi :
‘Bagian tersulit bukanlah patah hati, namun kenyataan bahwa kau sedang menjalani patah hati itu sendiri.
Dan yang paling membunuhmu perlahan adalah kenyataan bahwa kehilangan ternyata begitu menyakitkan.
Lalu, duniamu terasa berputar di poros yang sama.
Masih saja dia, dia, dan dia.
Mungkin kau akan merasa telah sembuh sepenuhnya,
namun ketika kau melihat dia bersama yang lain,
kau sadar kau belum sama sekali sembuh.’
Maka aku akan berjalan saja perlahan-lahan.
Karena ternyata, memaksakan diri begitu melelahkan.
Patah hati ternyata begitu menyesakkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar